Saya sudah merencanakan perjalanan ke Banyuwangi bersama Mas Dikin, kawan yang pernah menuntun perjalanan saya saat ke Mahameru tahun 2013. Pada awalnya saya hanya akan berdua saja naik kereta api menuju Banyuwangi, namun karena satu dan dua hal maka personil trip kali ini ditemani dengan
Rieke,
Febisyah, Alfin dan
Azmi dengan menggunakan mobil pribadi. Seperti biasanya, saya sudah menentukan destinasi dan jadwal keberangkatan kami. Kami
start dari Malang menuju Banyuwangi pukul 21.00 - 04.30 pagi. Sayang sekali keberangkatan kami sangat terlambat sehingga tidak dapat melihat
bluefire terkenal dari Kawah Ijen yang hanya ada dua di dunia. Namun hal ini tidak mematahkan semangat kami untuk menikmati keindahan alam Kawah Ijen. lagipula perjalanan tidak terasa apabila kamu bersama dengan kawan yang menyenangkan. Tracking dari pos menuju puncak ijen hanya memakan waktu dua jam dengan track yang landai dan mudah. So, apabila kamu berencana kesini dan terlambat seperti kami, saya yakin kamu tidak akan menyesal dan akan menikmati setiap sudut perjalanan yang ada. Sayang nya personil kita tumbang satu orang karena dia memiliki panggilan alam. Maka jadilah Rieke stay di warung dan mobil kami.
|
Dari kiri ke kanan; Azmi, Febisyah, Mbares, Alfin |
|
Ketika kamu ke Kawah Ijen, kamu akan melihat lalu lintas warga lokal yang bekerja mengumpulkan belerang |
|
Salah satu pemandangan yang bisa kamu lihat selama perjalanan menuju puncak Kawah Ijen, yaitu Gunung Raung. Jangan lupa memakai buff atau masker dan gunakan tracking atau running shoes agar tidak terpleset selama perjalanan |
|
Beberapa menit sebelum mencapai puncak Kawah Ijen di pagi hari. Track nya mudah. cukup landai berpasir dan terkadang tanah padat, kamu benar-benar akan dimanjakan dengan keindahan alam nya |
|
Kawah Ijen |
Sebelum tracking, pastikan kamu telah mengganjal perutmu dengan sedikit karbo seperti roti atau cokelat dan sudah memenuhi panggilan alam. Bawa headlamp kamu dimalam hari. Karena hampir seluruh track berpasir, saya menggunakan double masker, yakni masker biasa dan buff. Sedikit bekal snack perlu untuk dibawa, Jangan lupa siapkan uang minimal IDR20K untuk membeli souvenir belerang yang dibuat oleh penambang belerang.
Dari perjalanan ini saya belajar untuk benar-benar bersyukur dengan fasilitas dan kehidupan yang mereka miliki. Benar-benar terlihat jelas bagaimana mereka menjaga ritme nafas mereka ketika memikul beban seberat itu. Bagaimana beberapa menit sekali mereka berhenti dan menukar posisi panggul itu. Kemudian saya melihat bagaimana kayu panggul ini membekas di bahunya dengan perpaduan warna merah ke biruan. Tidak jarang juga mereka berhenti dan beristirahat sambil menikmati rokok dan alam didepannya. Beautiful people don't just happen... .
|
Beruntungnya saya ditawarkan untuk berfoto bersama dengan Bapak yang luar biasa ini. Saya sempat berbincang bahwa biasanya beliau mengangkat 60-70kg di setiap harinya dengan maksimal dua kali bolak balik.
|
Selesai perjalanan kita menuju Kawah Ijen! Sesampainya kembali kita ditempat parkiran kami menyantap sarapan nasi goreng dan indomie di warung terdekat. Perjalanan kami berlanjut menuju kawasan nelayan, tempat kediaman keluarga Mas Dikin.
|
Kami di dalam warung bersama ibu pemilik warung yang sedang memasak pisang goreng. Mas Dikin dan Rieke di sisi kiri
|
Warm Regard